Jumat, 26 Juli 2013

Labiopalatoskisis

Labiopalatoskisis merupakankelainan congenital anomaly yang berupaadanyakelainanbentukpadastrukturwajah..Deformitasterbagimenjadi 3 kategori:
  1. Sumbing pra alveolar, di mana yang terlibat adalah bibir, atau bibir dengan hidung (derajat empat)
  2. sumbing alveolar, dimana sumbing melibatkan bibir, tonjolan alveolar dan biasanya palatum (derajat tiga)
  3. Sumbing pasca alveolar, dimana sumbing terbatas hanya pada palatum (derajat pertama dan kedua)
B.     Etiologi
           Ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan Labio palatoschizis, antara lain:
1.      FaktorGenetik
Merupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat ditentukan dengan pasti karena berkaitan dengan gen kedua orang tua. Diseluruh dunia ditemukan hampir 25 – 30 % penderita labio palatoscizhis terjadi karena faktor herediter. Faktor dominan dan resesif dalam gen merupakan manifestasi genetik yang menyebabkan terjadinya labio palatoschizis. Faktor genetik yang menyebabkan celah bibir dan palatum merupakan manifestasi yang kurang potensial dalam penyatuan beberapa bagian kontak.
2.      Insufisiensi  zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional, baik kualitas maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto maternal).
Zat –zat yang berpengaruh adalah:
·         Asam folat
·          Vitamin C
·         Zn
Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat, vitamin C dan Zn dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat tersebut dibutuhkan dalam tumbuh kembang organ selama masa embrional. Selain itu  gangguan sirkulasi foto maternal juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang organ selama masa embrional.
3.      Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah:
Ø  Jamu
 Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat berpengaruh pada janin, terutama terjadinya labio palatoschizis. Akan tetapi jenis jamu apa yang menyebabkan kelainan kongenital ini masih belum jelas. Masih ada penelitian lebih lanjut
Ø  Kontrasepsi hormonal
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi hormonal, terutama untuk hormon estrogen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hipertensi sehingga berpengaruh pada janin, karena akan terjadi gangguan sirkulasi fotomaternal.
Ø  Obat – obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama labio palatoschizis. Obat – obatan itu antara lain :            
·         Talidomid, diazepam (obat – obat penenang)
·          Aspirin (Obat – obat analgetika)
·         Kosmetika yang mengandung merkuri & timah   hitam (cream pemutih). Sehingga penggunaan obat pada ibu hamil harus dengan pengawasan dokter.
4.      Faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan Labio palatoschizis, yaitu:
v  Zat kimia (rokok dan alkohol)
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan alkohol dapat berakibat terjadi kelainan kongenital karena zat toksik yang terkandung pada rokok dan alkohol yang dapat mengganggu pertumbuhan organ selama masa embrional.
v  Gangguan metabolik
Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit diabetessangat rentan terjadi kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan gangguan sirkulasi fetomaternal. Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat berpengaruh padatumbuh kembang organ selama masa embrional.h
v  Penyinaran radioaktif
Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan terapi penyinaran radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat  mengganggu proses tumbuh kembang organ selama masa embrional.
5.      Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang terinfeksi virus (toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat berpengaruh terjadinya kelainan kongenital terutama labio palatoschizis.
           Dari beberapa faktor tersebit diatas dapat meningkatkan terjadinya Labio palatoshizis, tetapi tergantung dari frekuensi dari frekuensi pemakaian, lama pemakaian, dan wktu pemakaian.
Manifestasi klinis
a)      Tampak ada celah      
b)      Adanya rongga pada hidung
c)      Distorsi hidung
d)      Kesukaran dalam menghisap atau makan.
C.     Patofisiologi
         Cacat tebentuk pada trimester pertama, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (Prosesus nasalis dan maksialis) pecah kembali.
                Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital yang memiliki prevalensi cukuptinggi. Bibir sumbing memiliki beberapa tingkantan kerusakan sesuai organ yang mengalami kecacatannya. Bila hanya dibibir disebut labioschizis, tapi bisa juga mengenai gusi dan palatum atau langit-langit. Tingkat kecacatan ini mempengaruhi keberhasilan operasi.Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan karena tidak terbentuknya suatu jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu pembelahan sel pada masa kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal kekurangan zat besi, obat2 tertentu, radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing sering ditemukan di desa terpencil dengan kondisi ibu hamil tanpa perawatan kehamilan yang baik serta gizi yang buruk.Bayi-bayi yang bibirnya sumbing akan mengalami gangguan fungsi berupa kesulitan menghisap ASI, terutama jika kelainannya mencapai langit-langit mulut. Jika demikian, ASI dari ibu harus dipompa dulu untuk kemudian diberikan dengan sendok atau dengan botol berlubang besar pada bayi yang posisinya tubuhnya ditegakkan. Posisi bayi yang tegak sangat membantu masuknya air susu hingga ke kerongkongan. Jika tidak tegak, sangat mungkin air susu akan masuk ke saluran napas mengingat refleks pembukaan katup epiglottis( katup penghubung mulut dengan kerongkongan) mesti dirangsang dengan gerakkan lidah, langit-langit, serta kelenjar liur.Bibir sumbing juga menyebabkan mudah terjadinya infeksi di rongga hidung, tenggorokan, tuba eustachius (saluran penghubung telinga dan tenggorokan) sebagaiakibat mudahnya terjadi iritasi akibat air susu atau air yang masuk ke rongga hidung dari celah sumbingnya.
1.      Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio pada trimester I.
2.       Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
3.       Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
4.      Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.
D.    Klasifikasi
a.       Berdasarkan organ yang terlibat
·   Celah bibir ( labioscizis ) : celah terdapat pada bibir bagian atas
·   Celah gusi ( gnatoscizis ) : celah terdapat pada gusi gigi bagian atas
·    Celah palatum ( palatoscizis ) : celah terdapat pada palatum
b.      Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk
·   Komplit : jika celah melebar sampai ke dasar hidung
·   Inkomplit : jika celah tidak melebar sampai ke dasar hidung
c.       Berdasarkan letak celah
·   Unilateral : celah terjadi hanya pada satu sisi bibir
·   Bilateral : celah terjadi pada kedua sisi bibir
·   Midline : celah terjadi pada tengah bibir
DAFTAR PUSTAKA
Suradi, S.Kp, dan Yuliani, Rita. S.Kp.2001. Asuhan keperawatan pada anak. PT  Fajar Interpratama, Jakarta.
Wong, Donna L.1996.  Pedoman klinis keperawatan pediatrik. EGC. Jakarta
Mansyoer, Arif. Dkk.2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi III jilid II. Media Aesculapius FK UI. Jakarta.
Dr .Bisono, SpBp. Operasibibirsumbing.EGC. Jakarta.
Syaifuddin,H.2006. Anaomi fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGCBetz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : SalembaMedika.
Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
Wong, Dona L.2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EEC.Sumber : Betz, Cecily,. 2002. Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC
  http://evameocute.blogspot.com/2013/05/labiopalatoskisis.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar