Labiopalatoskisis merupakankelainan
congenital anomaly yang berupaadanyakelainanbentukpadastrukturwajah..Deformitasterbagimenjadi 3 kategori:
- Sumbing pra alveolar, di mana yang terlibat adalah bibir, atau bibir dengan hidung (derajat empat)
- sumbing alveolar, dimana sumbing melibatkan bibir, tonjolan alveolar dan biasanya palatum (derajat tiga)
- Sumbing pasca alveolar, dimana sumbing terbatas hanya pada palatum (derajat pertama dan kedua)
B.
Etiologi
Ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan Labio
palatoschizis, antara lain:
1.
FaktorGenetik
Merupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat ditentukan
dengan pasti karena berkaitan dengan gen kedua orang tua. Diseluruh dunia
ditemukan hampir 25 – 30 % penderita labio palatoscizhis terjadi karena faktor
herediter. Faktor dominan dan resesif dalam gen merupakan manifestasi genetik
yang menyebabkan terjadinya labio palatoschizis. Faktor genetik yang
menyebabkan celah bibir dan palatum merupakan manifestasi yang kurang potensial
dalam penyatuan beberapa bagian kontak.
2.
Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional,
baik kualitas maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto maternal).
Zat –zat yang berpengaruh adalah:
·
Asam folat
·
Vitamin C
·
Zn
Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat, vitamin C dan
Zn dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat tersebut dibutuhkan dalam
tumbuh kembang organ selama masa embrional. Selain itu gangguan sirkulasi
foto maternal juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang organ selama masa
embrional.
3.
Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah:
Ø Jamu
Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat
berpengaruh pada janin, terutama terjadinya labio palatoschizis. Akan tetapi
jenis jamu apa yang menyebabkan kelainan kongenital ini masih belum jelas. Masih ada penelitian lebih lanjut
Ø Kontrasepsi hormonal
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi
kontrasepsi hormonal, terutama untuk hormon estrogen yang berlebihan akan
menyebabkan terjadinya hipertensi sehingga berpengaruh pada janin, karena akan
terjadi gangguan sirkulasi fotomaternal.
Ø Obat – obatan yang dapat menyebabkan
kelainan kongenital terutama labio palatoschizis. Obat – obatan itu antara lain :
·
Talidomid, diazepam (obat – obat penenang)
·
Aspirin (Obat – obat analgetika)
·
Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam (cream
pemutih). Sehingga penggunaan obat pada ibu hamil harus dengan pengawasan
dokter.
4.
Faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan Labio
palatoschizis, yaitu:
v Zat kimia (rokok dan alkohol)
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan alkohol
dapat berakibat terjadi kelainan kongenital karena zat toksik yang terkandung
pada rokok dan alkohol yang dapat mengganggu pertumbuhan organ selama masa
embrional.
v Gangguan metabolik
Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit diabetessangat
rentan terjadi kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
fetomaternal. Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat berpengaruh padatumbuh
kembang organ selama masa embrional.h
v Penyinaran radioaktif
Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan
terapi penyinaran radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat
mengganggu proses tumbuh kembang organ selama masa embrional.
5.
Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang terinfeksi
virus (toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat berpengaruh terjadinya
kelainan kongenital terutama labio palatoschizis.
Dari beberapa
faktor tersebit diatas dapat meningkatkan terjadinya Labio palatoshizis, tetapi
tergantung dari frekuensi dari frekuensi pemakaian, lama pemakaian, dan wktu
pemakaian.
Manifestasi klinis
a)
Tampak ada celah
b)
Adanya rongga pada hidung
c)
Distorsi hidung
d)
Kesukaran dalam menghisap atau
makan.
C.
Patofisiologi
Cacat
tebentuk pada trimester pertama, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm
pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (Prosesus nasalis dan
maksialis) pecah kembali.
Bibir sumbing
merupakan kelainan kongenital yang memiliki prevalensi cukuptinggi. Bibir
sumbing memiliki beberapa tingkantan kerusakan sesuai organ yang
mengalami kecacatannya. Bila hanya dibibir disebut labioschizis, tapi bisa juga
mengenai gusi dan palatum atau langit-langit. Tingkat kecacatan ini mempengaruhi
keberhasilan operasi.Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama
kehamilan karena tidak terbentuknya suatu jaringan di daerah tersebut. Semua
yang mengganggu pembelahan sel pada masa kehamilan bisa menyebabkan kelainan
tersebut, misal kekurangan zat besi, obat2 tertentu, radiasi. Tak heran
kelainan bibir sumbing sering ditemukan di desa terpencil dengan kondisi ibu
hamil tanpa perawatan kehamilan yang baik serta gizi yang buruk.Bayi-bayi yang
bibirnya sumbing akan mengalami gangguan fungsi berupa kesulitan menghisap ASI,
terutama jika kelainannya mencapai langit-langit mulut. Jika demikian, ASI dari
ibu harus dipompa dulu untuk kemudian diberikan dengan sendok atau dengan botol
berlubang besar pada bayi yang posisinya tubuhnya ditegakkan. Posisi bayi yang
tegak sangat membantu masuknya air susu hingga ke kerongkongan. Jika tidak
tegak, sangat mungkin air susu akan masuk ke saluran napas mengingat refleks
pembukaan katup epiglottis( katup penghubung mulut dengan kerongkongan) mesti
dirangsang dengan gerakkan lidah, langit-langit, serta kelenjar liur.Bibir
sumbing juga menyebabkan mudah terjadinya infeksi di
rongga hidung, tenggorokan, tuba eustachius (saluran
penghubung telinga dan tenggorokan) sebagaiakibat mudahnya terjadi iritasi
akibat air susu atau air yang masuk ke rongga hidung dari celah sumbingnya.
1.
Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau
tulang selama fase embrio pada trimester I.
2.
Terbelahnya bibir dan
atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan maksilaris untuk menyatu
terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
3.
Palatoskisis adalah
adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan
susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
4.
Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8
minggu masa kehamilan.
D.
Klasifikasi
a.
Berdasarkan organ yang terlibat
·
Celah bibir ( labioscizis ) : celah terdapat pada bibir bagian atas
·
Celah gusi ( gnatoscizis ) : celah terdapat pada gusi gigi bagian atas
·
Celah palatum ( palatoscizis ) :
celah terdapat pada palatum
b.
Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk
·
Komplit : jika celah melebar sampai ke dasar hidung
·
Inkomplit : jika celah tidak melebar sampai ke dasar hidung
c.
Berdasarkan letak celah
·
Unilateral : celah terjadi hanya pada satu sisi bibir
·
Bilateral : celah terjadi pada kedua sisi bibir
·
Midline : celah terjadi pada tengah bibir
DAFTAR PUSTAKA
Suradi, S.Kp, dan Yuliani, Rita. S.Kp.2001. Asuhan keperawatan pada anak.
PT Fajar Interpratama, Jakarta.
Wong, Donna L.1996. Pedoman klinis keperawatan pediatrik. EGC.
Jakarta
Mansyoer, Arif. Dkk.2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi III jilid
II. Media Aesculapius FK UI. Jakarta.
Dr .Bisono, SpBp. Operasibibirsumbing.EGC. Jakarta.
Syaifuddin,H.2006. Anaomi fisiologi
Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGCBetz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku
Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006.
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : SalembaMedika.
Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak
bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak
Sakit. Jakarta : EEC.Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
Wong, Dona L.2004. Pedoman Klinis
Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EEC.Sumber : Betz, Cecily,. 2002. Keperawatan
Pedriatik. Jakarta ; EEC
http://evameocute.blogspot.com/2013/05/labiopalatoskisis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar