Terapi Sulih Hormon (TSH) merupakan terapi yang menambah kadar estrogen
dalam tubuh untuk mengatasi gangguan di masa menopause. Namun, sebagian
wanita tidak dianjurkan menjalani terapi ini. Yakni yang mengalami
menopause tanpa menimbulkan keluhan, dan keadaan fisiknya cukup baik,
mentalnya pun siap menghadapi menopause.
Namun, semua wanita
menopause tetap harus mewaspadai risiko osteoporosis. Osteoporosis
tidak menunjukkan gejala dan tak menimbulkan keluhan. Penderita
osteoporosis tak akan menyadari tulangnya sudah keropos, sampai akhirnya
mengalami patah tulang. Karena itu, lima tahun setelah menopause,
wanita sebaiknya mengukur kepadatan tulangnya. Bila kepadatannya rendah,
pemberian estrogen diperlukan. Tapi bila tulang masih kuat, estrogen
tidak perlu diberikan.
MENOPAUSE
Pada tahun 1990, populasi wanita menopause di seluruh dunia dilaporkan
mencapai jumlah 476 juta jiwa, 40% di antaranya berada di negara
industri. Diperkirakan jumlah wanita menopause pada tahun 2030 sebanyak
1.200 juta dengan distribusi di negara berkembang sebesar 76%. Data yang
didapatkan dari daerah Asia Tenggara juga menunjukkan fenomena serupa.
Umur menopause wanita di negara barat seperti Amerika Serikat dan
United Kingdom adalah 51,4 dan 50,9 tahun. Untuk negara Asia, ternyata
didapatkan nilai yang tidak jauh berbeda. Sebuah studi yang dilakukan
pada 7 negara Asia Tenggara memperlihatkan usia median terjadinya
menopause yaitu 51,09 tahun. Untuk Indonesia sendiri, laporan tahun 1990
menyebutkan usia 50 tahun. Studi yang diadakan di Malaysia terhadap 3
jenis etnik yaitu Melayu, Cina dan India, menyebutkan bahwa menopause
terjadi pada usia 50,7 tahun.
TERAPI SULIH HORMON
Banyak wanita menopause yang mendapatkan terapi hormon estrogen saja
atau estrogen dan progesteron untuk mengatasi gejala yang menyertai
menopause. Pemberian hormon ini juga diharapkan dapat mencegah
terjadinya osteoporosis dan mengurangi risiko terjadinya penyakit
jantung iskemik. Pemberian hormon pada wanita menopause bertujuan untuk
mengembalikan keadaan hormonal seperti pada saat premenopause, namun
hingga kini tidak ada preparat sulih hormon yang dapat menyamai pola
sekresi hormon pada wanita premenopause.
Indikasi
Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh North American Menopause
Society (NAMS), indikasi primer pemberian terapi sulih hormon adalah
adanya keluhan menopause seperti gejala vasomotor berupa hot flush dan
gejala urogenital. Di Indonesia, terapi sulih hormon diberikan hanya
pada pasien menopause dengan keluhan terkait defisiensi estrogen yang
mengganggu atau adanya ancaman osteoporosis dengan lama pemberian
maksimal 5 tahun.
Kontra Indikasi
The
American College of Obstetrics and Gynaecologists menetapkan kontra
indikasi penggunaan terapi sulih hormon, sebagai berikut:
1. Kehamilan
2. Perdarahan genital yang belum diketahui penyebabnya
3. Penyakit hepar akut maupun kronik
4. Penyakit trombosis vaskular
5. Pasien menolak terapi
Kontra indikasi relatif
1. Hipertrigliseridemia
2. Riwayat tromboemboli
3. Riwayat keganasan payudara dalam keluarga
4. Gangguan kandung empedu
5. Migrain
6. Mioma uteri
Pemeriksaan yang harus dipenuhi sebelum pemberian terapi sulih hormon:
1. Diagnosis pasti menopause
2. Penilaian kontra indikasi mutlak dan relatif
3. Informed consent mengenai untung rugi penggunaan terapi sulih hormon
4. Pemeriksaan fisik, meliputi tekanan darah dan pemeriksaan payudara dan pelvik
5. Pemeriksaan sitologi serviks dan mamografi harus memberi hasil negatif
The Hong Kong College of Obstreticians and Gynaecologists menyebutkan
beberapa kontra indikasi absolut terapi sulih hormon, yaitu karsinoma
payudara, kanker endometrium, riwayat tromboemboli vena dan penyakit
hati akut.
DAFTAR PUSTAKA
http://bidanshop.blogspot.com/2010/02/terapi-sulih-hormon-untuk-menopouse.html
http://www.pesona.co.id/sehat/menopause/golongan.wanita.yang.dilarang.terapi.sulih.hormon/002/003/29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar