Senin, 29 Juli 2013

waksin yang ideal

Vaksin disebut ideal adalah apabila vaksin tersebut mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Efisien untuk semua umur
2. Dapat memberikan perlindungan seumur hidup setelah 1 kali vaksinasi
3. Mudah diberikan (lebih baik kalau dapat per oral)
4. Tidak memberikan efek yang tidak diharapkan (adverse reaction)
5. Stabil dalam kondisi tertentu,
6. Tersedia dalam jumlah tidak terbatas dan murah harganya

Sampai dewasa ini tidak ada atau belum ada vaksin yang ideal. Beberapa vaksin utamanya vaksin-vaksin untuk penyakit yang disebabkan oleh virus, biasanya dapat memberikan proteksi cukup lama. Akan tetapi vaksin-vaksin untuk enterobakteria sering hanya bertahan dalam kurang dari 1 tahun. Vaksin yang ada sekarang, sebagian besar dibuat dengan metode dan teknologi yang sudah dikenal selama lebih dari 2 abad. Vaksin tersebut dapat digolongkan dalam:
a) attenuated vaccine, vaksin yang agen infeksinya dilemahkan (OPV)
b) killed vaccine, vaksin yang agen infeksinya dimatikan (DPT) dan
c) sub-unit vaccine, vaksin yang terdiri dari bagian-bagian dari agen infeksi (HepB) termasuk di dalam kelompok ini adalah vaksin rekombinan, vaksin peptida, vaksin DNA dan edible vaccine
Kelebihan attenuated vaccine adalah bahwa agen infeksi yang dikandung dalam vaksin tersebut sama dengan tipe liarnya, tetapi tidak lagi mampu menimbulkan penyakit (karena mengalami mutasi atau dimutasikan) tetapi mempunyai jumlah imunogen yang sama. Selanjutnya karena agen infeksinya masih hidup maka di dalam tubuh resipien akan bertambah banyak, sehingga memberikan imunogen dalam jumlah hampir tidak terbatas. Dengan demikian dapat diharapkan respon imun yang muncul akan cukup kuat. Kekurangan dari vaksin ini adalah agen infeksi yang terkandung di dalamnya tersebut mempunyai kemungkinan untuk mengalami mutasi balik ke sifat virulennya sehingga dapat menyebabkan penyakit. Demikian pula vaksin ini tidak dapat diberikan pada resipien yang immunocompromized.
Sedangkan killed vaccine, mempunyai agen infeksi yang sama dengan tipe liar tetapi telah dimatikan, sehingga tidak dapat menimbulkan penyakit. Tetapi karena tidak dapat tumbuh lagi dalam tubuh resipien maka jumlah imunogen yang dimasukkan terbatas, sehingga harus diberikan berulang-ulang agar dapat diperoleh respon imun yang memadai. Selain itu pereaksi-pereaksi yang digunakan untuk proses inaktivasi dan pemurnian dapat menimbulkan adverse effects.





Daftar pustaka
Abbas, A.K., Lichtman A.H. and Pober J.S., 2005, Cellular and Molecular Immunology, 5th. Ed., WB Saunders Co., Philadelphia
Brown F., Dougan., Hocy EM., Martin SJ., Rima BK., and Trudgett A., 1993, Vaccine design, John Wiley & Son, West Sussex.
Dennehy PH, 2001, Active Immunization in the USA: development over the past decade, Clin. Micro. Rev. 14:872-903
Donnelly JJ, Wahren B and Liu MA., 2005, DNA vaccines: Progress and challenges, J of Immunol. 175:633-639
Kaper J, Rappuoli and Buckley M, 2005, Vaccine Development: current status and future needs, American Academy of Microbiology.
Poland GA, Murray D and Bonilla-Guerrero R, 2002, New Vaccine Development, BMJ, 324:1315-1319
Rosenthal KS and Zimmerman DH, 2006, Vaccines: All things considered, Clin. Vaccine Immunol. 13:821-829
Seder RA and Gurunathan S, DNA Vaccines – designeer vaccine for the 21st century, NEJM. 341:277-278

Tidak ada komentar:

Posting Komentar