Spermatogenesis
Sel sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses kompleks yang
disebut dengan spermatogenesis. Secara simultan proses ini memproduksi
sperma matang di dalam tubulus seminiferus lewat langkah-langkah berikut
ini:
1. Ketika
seorang anak laki-laki mencapai pubertas pada usia 11 sampai 14 tahun,
sel kelamin jantan primitif yang belum terspesialisasi dan disebut
dengan spermatogonium menjadi diaktifkan oleh sekresi hormon
testosteron.
2. Masing-masing
spermatogonium membelah secara mitosis untuk menghasilkan dua sel anak
yang masing-masing berisi 46 kromosom lengkap.
3. Dua
sel anak yang dihasilkan tersebut masing-masing disebut spermatogonium
yang kembali melakukan pembelahan mitosis untuk menghasilkan sel anak,
dan satunya lagi disebut spermatosit primer yang berukuran lebih besar
dan bergerak ke dalam lumen tubulus seminiferus.
4. Spermatosit
primer melakukan meiosis untuk menhasilkan dua spermatosit sekunder
yang berukuran lebih kecil dari spermatosit primer. Spermatosit sekunder
ini masing-masing memiliki 23 kromosom yang terdiri atas 22 kromosom
tubuh dan satu kromosom kelamin (Y atau X).
5. Kedua
spermatosit sekunder tersebut melakukan mitosis untuk menghasilkan
empat sel lagi yang disebut spermatid yang tetap memiliki 23 kromosom.
6. Spermatid
kemudian berubah menjadi spermatozoa matang tanpa mengalami pembelahan
dan bersifat haploid (n) 23 kromosom. Keseluruhan proses spermatogenesis
ini menghabiskan waktu sekitar 64 hari.
Oogenesis
Oogenesis merupakan proses
pematangan ovum di dalam ovarium. Tidak seperti spermatogenesis yang
dapat menghasilkan jutaan spermatozoa dalam waktu yang bersamaan,
oogenesis hanya mampu menghasilkan satu ovum matang sekali waktu. Mari
kita simak prosesnya lebih lanjut:
1. Oogonium yang merupakan prekursor dari ovum tertutup dalam folikel di ovarium.
2. Oogonium
berubah menjadi oosit primer, yang memiliki 46 kromosom. Oosit primer
melakukan meiosis , yang menghasilkan dua sel anak yang ukurannya tidak
sama.
3. Sel
anak yang lebih besar adalah oosit sekunder yang bersifat haploid.
Ukurannya dapat mencapai ribuan kali lebih besar dari yang lain karena
berisi lebih banyak sitoplasma dari oosit primer.
4. Sel anak yang lebih kecil disebut badan polar pertama yang kemudian membelah lagi.
5. Oosit
sekunder meninggalkan folikel ovarium menuju tuba Fallopi. Apabila
oosit sekunder difertilisasi, maka akan mengalami pembelahan meiosis
yang kedua . begitu pula dengan badan polar pertama membelah menjadi dua
badan polar kedua yang akhirnya mengalami degenerasi. Namun apabila
tidak terjadi fertilisasi, menstruasi dengan cepat akan terjadi dan
siklus oogenesis diulang kembali.
6. Selama
pemebelahan meiosis kedua, oosit sekunder menjadi bersifat haploid
dengan 23 kromosom dan selanjutnya disebut dengan ootid. Ketika inti
nukleus sperma dan ovum siap melebur menjadi satu, saat itu juga ootid
kemudian mencapai perkembangan finalnya menjadi ovum yang matang.
7. Kedua sel haploid (sperma dan ovum) bersatu membentuk sel zygot yang bersifat dipoid (2n).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar