Senin, 29 Juli 2013

Vaksin MMR

"Vaksin MMR menyebabkan gangguan sistem percernaan dan penyerapan nutrisi sehingga mengganggu perkembangan otak anak dan mencetus autisme."
Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Dr. Andrew Wakefield dari The Royal Free Hospital and School of Medicine, London. Dr. Andrew meneliti 12 anak yang mendapatkan imunisasi MMR, dan menemukan 8 dari mereka lalu menderita autisme. Penggunaan thimerosal bermerkuri di vaksin MMR juga dituduhnya menyebabkan autisme.

berita terkini yang saya baca menyatakan :
Dr Andrew Wakefield, pria di balik kontroversi vaksin MMR terkait dengan autisme pada anak, dinyatakan telah bertindak secara "tidak jujur" dan "tidak bertanggung jawab" dalam melakukan penelitiannya. Hal itu dinyatakan oleh The General Medical Council (GMC), semacam ikatan dokter di Inggris.

Selain Wakefield, dua dokter lain yang terlibat dalam penelitian tersebut, yakni  Dr Simon Murch dan Profesor John Walker-Smith, juga dinyatakan telah menyalahi etika. Keputusan ini dikeluarkan setelah proses dengar pendapat selama dua tahun.

Para dewan dokter GMC menilai, Wakefield dan timnya telah melakukan tindakan tes pada anak-anak secara invasif dan tidak nyaman, termasuk kolonoskopi dan pemindaian otak, yang sebenarnya tidak diperlukan, untuk membuktikan teori Wakefield.

General Medical Council juga menilai, tim peneliti mengambil contoh darah secara tidak etis, yakni membayar tiap anak sebesar 5 poundsterling. Para responden yang diambil contoh darahnya adalah anak-anak yang menghadiri pesta ulang tahun anak Wakefield.

Dalam kasus ini, GMC tidak melakukan investigasi untuk menilai apakah hasil riset yang dibuat Wakefield benar atau salah, melainkan berfokus pada metode yang dipakai dalam riset.

Hasil penelitian yang dilakukan Wakefield dan timnya telah membuat heboh karena menyatakan vaksin MMR (measles, mumps, dan rubela) sebagai pencetus autisme. Ia memublikasikan risetnya pada jurnal kesehatan Lancet pada Februari 1998. Dalam penelitiannya itu, Wakefield menggunakan responden 8 anak.

Wakefield menyatakan bahwa anak-anak seharusnya tidak diberikan tiga jenis vaksinasi sekaligus, melainkan terpisah dengan jarak minimal setahun.

Para peneliti merespons hasil riset Wakefield dengan melakukan penelitian lain. Namun, berbagai studi tidak menemukan adanya perbedaan kasus autis antara anak yang belum divaksin MMR dan yang sudah. Beberapa studi juga menyanggah Wakefield karena tidak ditemukan kaitan antara vaksin dan autisme.

Saat ini GMC mempertimbangkan sanksi yang akan diberikan kepada Wakefield dan koleganya, salah satunya adalah mencabut izin praktik dokternya. "Saat ini yang penting adalah membangun kepercayaan para orangtua bahwa vaksin MMR aman," kata Dr Shona Hilton, anggota Medical Research Council.


Faktanya, hasil penelitian Dokter Andrew ditentang banyak pihak, sebab sampel yang digunakan sangat sedikit (12 anak) dan tidak mewakili populasi. Di Indonesia, vaksin MMR telah digunakan di berbagai rumah sakit dan klinik, meski belum termasuk wajib dalam Program Imunisasi Nasional.
Vaksin MMR yang dipasarkan di Indonesia telah dievaluasi dari segi efektivitas, keamanan dan mutu oleh Komite Nasional Penilai Obat Jadi (Komnas POJ) dan mendapat izin edar. Keamanan vaksin MMR sudah dibuktikan lewat berbagai penelitian di luar negeri, berdasarkan pengamatan 30 tahun  terhadap 250 juta dosis vaksin MMR di lebih dari 40 negara (Eropa, Amerika Utara, Australia dan Asia). Laporan terakhir mengenai keamanan dilaporkan Finlandia yang menggunakannya selama 14 tahun. Hasil studi pada 1,8 juta anak yang menggunakan 3 juta dosis vaksin MMR, menunjukkan tidak ada laporan kasus autisme yang berhubungan dengan penggunaan vaksin MMR.
Pihak berwenang seperti CDC (Center for Disease Control and Prevention), FDA dan WHO, menyatakan tidak ditemukan bukti thimerosal menyebabkan autisme.
Dan sebenarnya, keamanan vaksin MMR telah dibuktikan melalui berbagai penelitian di luar negeri. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pemberantasan Penyakit Menular Dunia (CDC) juga sudah mengeluarkan pernyataan resmi bahwa tidak ada bukti yang bisa mengaitkan pemberian imunisasi dengan timbulnya autisme pada anak.

Kadar thimerosal (zat pengawet mengandung merkuri) yang digunakan dalam vaksin MMR juga amat rendah dan akan segera dikeluarkan dari tubuh melalui feses. WHO juga menekankan, jenis merkuri yang terkandung di dalam thimerosal bukanlah merkuri aktif yang bersifat toksik (racun) serta bisa merusak ginjal, saraf, dan otak.

Setelah divaksinasi, terbukti pula bahwa kadar merkuri dalam darah pasien tidak mengalami peningkatan. 

Bagaimana menyikapi?
Beri anak vaksinasi MMR, bila masih ragu, diskusikan dengan dokter apa yang menjadi keraguan Anda. Vaksi MMR penting untuk mencegah penyakit campak, gondongan dan rubella. Ketiganya adalah jenis penyakit berbahaya yang mudah menyerang anak-anak. Meskipun belum imunisasi wajib namun merupakan anjuran dari Depkes dan IDAI

Vaksin MMR merupakan vaksin yang ditujukan untuk mencegah timbulnya penyakit Mumps (gondongan), Measles (campak), dan Rubella (campak jerman).
IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) merekomendasikan pemberian vaksin MMR sebanyak 2 kali yaitu pada usia 15 bulan dan diulang pada usia 6 tahun. Bila anak sedang mengalami sakit sedang sampai berat maka pemberian vaksin perlu ditunda sampai menunggu anak sehat. Tetapi bila anak sakit ringan saja pada saat jadwal pemberian vaksin (seperti misalnya batuk-pilek biasa) maka vaksin tetap dapat diberikan.
Vaksin MMR seringkali dikaitkan dengan kejadian autis dan dikatakan bahwa vaksin MMR mengandung thimerosal (merkuri) sebagai pengawet vaksin. Banyak penelitian yang mencoba untuk meneliti mengenai hubungan ini dan ternyata tidak ditemukan hubungan yang signifikan. WHO, dalam website resminya pun sudah mengatakan bahwa tidak terbukti adanya hubungan antara vaksin MMR dengan kejadian autis pada anak.



Penyakit mumps (parotitis) disebabkan virus mumps yang menyerang kelenjar air liur di mulut, dan banyak diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia penderita mumps, gejala yang dirasakan semakin hebat. Kebanyakan orang menderita penyakit mumps hanya sekali seumur hidup.

Pencegahan mumps paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi mumps terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR). Pemberian imunisasi MMR akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit mumps, campak dan rubella.


Penyakit measles (campak) disebabkan virus campak. Gejala campak yaitu demam, menggigil, serta hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit berupa bercak dan bintil merah pada kulit muka, leher, dan selaput lendir mulut. Saat penyakit campak memuncak, suhu tubuh bisa mencapai 40oC.

Pencegahan campak paling efektif adalah dengan imunisasi campak. Imunisasi campak diberikan saat bayi berumur 9 bulan. Campak juga dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian vaksinasi MMR. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi campak terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan mumps dan rubella (vaksinasi MMR). Imunisasi MMR diberikan sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan.


Penyakit rubella disebabkan virus rubella. Rubella mengakibatkan ruam pada kulit menyerupai campak, radang selaput lendir, dan radang selaput tekak. Ruam rubella biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari. Gejala rubella berupa sakit kepala, kaku pada persendian, dan rasa lemas. Biasanya rubella diderita setelah penderita berusia belasan tahun atau dewasa. Bila bayi baru lahir atau anak balita terinfeksi rubella, bisa mengakibatkan kebutaan. Bila wanita hamil terinfeksi rubella, dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Bayi umumnya lahir dengan cacat fisik (buta tuli) dan keterbelakangan mental.

Pencegahan rubella paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan campak dan mumps (vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi rubella terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan campak dan mumps (vaksinasi MMR). Wanita usia subur sebaiknya mendapat 2 dosis imunisasi MMR selambat-lambatnya 3 bulan sebelum kehamilan untuk mencegah kecacatan dan kematian bayi. Setelah imunisasi MMR, dianjurkan menunda kehamilan selama 3 bulan, untuk menghindari kecacatan bayi.




DAFTAR PUSTAKA
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/perlu.tidaknya.vaksinasi.mmr/001/001/709/1/4
http://www.kiddiecarecentre.com/imunisasi/vaksin-mmr.html
http://www.imunisasi.net/MMR.html
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/01/29/1102535/Dokter.Pemicu.Kontroversi.Vaksin.MMR.Dijatuhi.Sanksi

1 komentar:

  1. DokterVaksin.com Melayani Vaksin Meningitis, Yellow Fever, Haji dan Umrah di Indonesia

    BalasHapus