TEMPO.CO, New York - Tidak semua DNA dalam tubuh manusia
mempunyai manfaat. Sebuah penelitian terbaru dari Universitas Buffalo
di New York, Amerika Serikat, menunjukkan adanya DNA "sampah" dalam
tubuh manusia.
DNA "sampah", yaitu sebagian besar
genom yang tidak mampu mengkode pembentukan protein. Menurut penelitian
itu, keberadaan DNA semacam ini benar-benar tidak diperlukan bagi
organisme yang sehat.
"DNA 'sampah' benar-benar hanya
sampah," kata Victor Albert, seorang ahli biologi evolusi molekuler di
Universitas Buffalo, Kamis, 16 Mei 2013.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature pada 12 Mei ini berfokus pada Utricularia gibba, spesies tumbuhan karnivora berukuran satu milimeter yang hidup di tanah basah dan perairan tawar serta memangsa mikroba. Genom tumbuhan ini hanya memiliki 80 juta pasangan basa.
Kendati obyeknya tumbuhan, tim peneliti menegaskan hasil penelitian ini juga relevan dan memiliki implikasi pada genom manusia.
Selama
beberapa dekade, para ilmuwan telah mengetahui sebagian besar genom
manusia tersusun dari DNA yang tidak dapat mengaktifkan dan
menonaktifkan gen. Sebagian besar DNA tak berguna ini terdiri dari
parasit genetik yang menyalin segmen DNA dan menempel sendiri berulang
kali dalam genom. DNA misterius ini juga terdiri dari gen lawas yang
dulunya berguna, tapi sekarang sudah non-aktif. DNA seperti inilah yang
oleh para ilmuwan dikategorikan sebagai DNA "sampah".
"Tidak
ada yang mengetahui secara pasti apa yang dilakukan atau tidak
dilakukan oleh DNA 'sampah'," kata Albert seperti dikutip LiveScience.
Akan
tetapi, peran DNA "sampah" kembali diperdebatkan beberapa tahun
terakhir. Lewat sebuah proyek besar bernama ENCODE, para ilmuwan mencoba
mengungkap peran 3,3 miliar pasangan basa, atau huruf DNA, dalam genom
manusia yang tidak mengkode pembentukan protein.
Hasil
penelitian menunjukkan sekitar 80 persen dari genom manusia
memperlihatkan beberapa aktivitas biologis, misalnya memicu aktivasi
gen. "Tapi apakah itu diterjemahkan menjadi sesuatu yang berguna, masih
belum diketahui pasti," ujar Albert.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar